oleh: Imam Maulana, Sekretaris DPD PKS Kota Serang
Menjadi seorang ayah sekaligus menjadi seorang kader PKS merupakan dua tanggungjawab yang sangat berat. Ia tidak hanya bertanggungjawab akan keluarganya, tetapi juga bertanggungjawab pada amanahnya sebagai seorang kader PKS.
Tanggungjawab sebagai seorang ayah ialah penjaga fitrah dalam keluarga. Ia menegakkan nilai, memberi arah, dan memastikan setiap anggota keluarga tumbuh dengan pijakan moral dan spiritual yang kokoh.
Selain daripada itu, secara teknis, seorang ayah dituntut untuk tetap hadir di rumah. Hadir untuk menjalin kasih sayang dengan istrinya terutama memastikan psikisnya tetap stabil di tengah gempuran luka pengasuhan yang mungkin muncul saat memulai berrumah tangga, dan hadir untuk memastikan anak-anaknya tidak kehilangan sosok ayah atau yang belakangan ramai dengan sebutan fatherless.
Tanggungjawab sebagai kader PKS adalah berkontribusi untuk mengupayakan terwujudnya Indonesia yang Madani, Adil, Sejahtera dan Bermartabat. Berat kan? Berat dong.. Secara sederhana hari-hari sebagai seorang kader PKS tak lepas dari tanggungjawab untuk membina dan melayani, serta memastikan PKS tetap dapat memberikan manfaat yang lebih luas melalui pencapaian elektoral yang baik.
Kedua tanggungjawab ini, bagi kader PKS merupakan tanggungjawab yang tak terpisahkan. Sebab Keluarga dan PKS, bagi kader PKS adalah kesatuan variabel untuk menjalani misi kehidupan. Tapi dalam praktiknya, asli susah bro. Entah berapa kali janji dengan anak-anak yang kita geser karena ternyata di waktu tersebut ada agenda partai. Cerita ini cerita yang familiar di circle kita kan ya… Tapi setiap momen bagi kita adalah waktu untuk belajar. Anak-anak belajar sabar (sabar aja teross.. hee) dan kita belajar tetap komitmen dengan tugas partai.
Terlepas daripada itu, semuanya bisa diobrolin baik-baik sebetulnya, dan tidak perlu dibenturkan bahwa memilih agenda partai seolah lebih penting daripada anak-anak. Sebaliknya juga, ada waktu-waktu dimana kita memilih bersama anak-anak daripada agenda partai. Semuanya ada konteksnya, bisa diobrolin, dan pasti ada jalan tengahnya. Jangan sampai gara-gara ada yang memilih bersama anak-anak langsung dianggap sebagai kader yang bermasalah, padahal kita tidak pernah mencari penjelasan apa-apa tentang pilihan tersebut. Ini baru soal atur waktu pertemuan, belum dinamika yang lain yang lebih kompleks dalam menjalani peran sebagai ayah yang kader PKS.
Bagaimana kita menjalani peran sebagai Ayah dan Kader PKS? Tentu saja dapat kita teladani dari Rasul yang Mulia yakni Nabi Muhammad SAW yang sukses menjadi pemimpin terbaik, suami terbaik, ayah terbaik,.. Nabi Muhammad SAW tetap totalitas untuk ummat, juga totalitas untuk keluarga. Semoga kita dapat meneladaninya, semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menjalan peran yang berat ini, namun besar pahalanya Insya Allah.

0 Komentar